Gerontologi
Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI.2001 ).
Menurut Kozier (1987), Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek penuaan.
Menurut Miller (1990), Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia.
Gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang terjadi pada lansia( Kozier, 1987). Dalam referensi lain dikatakan gerontology merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
Pada tahun 1995 WHO menggariskan bahwa focus pembinan bagi kelompok usia lanjut adalah upaya promotif dan minimalkan ketergantungan pada usia lanjut.
Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pada prinsipnya geriatrik mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000).
Geriatri adalah cabang ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap penyakitnya. Geriatri dapat pula diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia.
Menurut Black dan Jacob (1997), geriatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal
6. Tetap membersihkan bentuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatri adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatri baru terjadi pada abad ke-20. I Indonesia, geriatri baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan agar para lansia dapar menjadi lansia yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
Menurut dr. Hermawan Soejono dari Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI, salah satu masalah penting yang dihadapi para lansia adalah kesehatan. Masalah kesehatan populasi lansia bukan saja terletak pada aspek penyakit kronis atau degeneratif, melainkan juga kerentanan terhadap penyakit infeksi yang cukup tinggi.
Penyakit yang paling banyak diderita lansia adalah infeksi akut paru-paru (pneumonia) dan kardiovaskular. Penyakit pneumonia saat ini menjadi ancaman lansia dan berdampak pada morbiditas serta mortalitas, cara mencegahnya ialah dengan melakukan imunisasi. Adapun imunisasi yang wajib bagi lansia adalah imunisasi flu dan pneumonia.
Sayangnya iminusasi ini tidak dibiayai serta pasien harus membeli sendiri vaksinnya yang masih diimpor.
Imunisasi influenza memang merupakan referensi WHO, sebab organisasi kesehatan dunia itu mencatat antara tahun 1957-1958 terjadi wabah flu Spanyol (Spanish Flu), kemudian pada tahun 1968 – 1969 terjadi wabah flu Hongkong. Kedua wabah itu banyak menewaskan lansia. Oleh karena itu, pada tahun 2004 WHO mencanangkan perlunya imunisasi pada lansia untuk setiap Negara. Imunisasi influenza diberikan sekali dalan setahun dan imunisasi pneumonia diberikan satu kali seumur hidup, bias juga lima tahu sekali.
Vaksinasi ini tidak 100% memproteksi tubuh lansia dan serangan virus. Namun sekitar 77-84% vaksin ini mampu memproteksi tubuh terhadap serangan virus. Imunisasi ini relative baru dan belum banyak diketahui orang. Saat ini baru empat rumah sakit pendidikan yang memiliki dokter geriatri, yaitu RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta, RSUD Karyadi Semarang, RSUD Sardjito Yogyakarta dan RSUD Sanglah Bali.
Terdapat beberapa efek samping saat tubuh lansia menerima vaksinasi, yaitu terjadi kemerahan pada kulit dan demam. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan meminum obat paracetamol 1 tablet. Untuk tingkat sedang, efek samping imunisasi bias menyebabkan sesak napas dan diare. Bahkan pada tingkat berat bisa menimbulkan kebiru-biruan, saluran napas tersumbat dan menyebabkan kematian.
Keperawatan Gerontik
Menurut Eliopoulous tahun 2005 fungsi dari perawat gerontology adalah :
1. Guide person of all ages toward a healthy aging process ( Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism ( Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the right of older adultsand ensure others do the same ( Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Oversee and promote the quality of service delivery ( Memantau dan mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risk to health and well-being ( Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and Support caregives ( Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).
8. Listen and sitpport (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement, and hope (Memberikan semangat, dukungan, dan harapan).
10. Generate, support, use, and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilitative measures (Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengahtur perawatan).
13. Asses, plan, Implement, and evaluate care in an individualized, holisticmaner (Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurture future gerontological nurses for advancementof the specialty (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya).
16. Understand the unique physical, emotional, social, and spiritual aspects of each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual).
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
Keperawatan gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi, serta evaluasi (Lueckerotte,2000)
Keperawatan geriatri adalah praktik perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Lueckerotte, 2000).
Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan (di rumah sakit, rumah, dan panti) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, di mana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit.
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
Cakupan dari ilmu keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia sebagai akibat dari proses penuaan. Sedangkan lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia, dan pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lansia.
Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik, dan holistik. Peran dan fungsi perawat gerontik adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia, keluarga, dan masvarakat. Perawat juga dapat menjadi mutivator dan inovator dalam memberikan advokasi pada klien serta sebagai konselor (Eliopoulus, 2000 dan Iueckenotte2000).
Keperawatan kesehatan dasar adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, serta pengawasan yang diberikan oleh tenaga keperawatan (perawat, petugas panti terlatih) untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia. Pada lansia secara individu terjadi proses kemunduran fungsi tubuh, baik secara biologis, psikologis, maupun sosial sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah.
Keperawatan dasar bagi kelompok lansia ditujukan kepada beberapa kelompok :
1. Kelompok yang masih aktif ialah mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri. Meskipun demikian, perlu mendapat bimbingan dan pengawasan yang berkesinambungan serta bantuan untuk mencegah terjadinya faktor risiko tinggi dan agar tidak mempercepat ketergantungan kepada orang lain.
2. Kelompok lansia yang pasif ialah para lansia yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh.
Perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya, serta persiapan dalam menghadapi ajal.
Di Indonesia, keperawatan gerontik masih dalam tahap pengembangan. Salah satu cara pengembangannya adalah dengan memasukkan keperawatan gerontik di dalam kurikulum pembelajaran pada pendidikan keperawatan. Di beberapa rumah sakit pun, sudah mulai membuat ruang rawat khusus yang merawat pasien-pasien usia lanjut.
Lansia dalam kependudukan di Indonesia Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% pada yahun 2020 menjadi sebesar 11,34 % (BPS, 1992). Berdasarkan data Biro Sensus Amerika memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% ( Kinsella dan Taeuber, 1993 ).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan akan menjadi 2 milliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak ( 0-14 ). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini. Maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlun diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan / atau mentalnya tidak memungkinkan lagi berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
( GBHN, 1993 ).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian ( mortalitas ) lansia. Pelayanan kesehatan, social, ketenagakerjaan, dan lain-lainya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individual , kelompok lansia, keluarga, Panti social tresna wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer). Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (Skunder), dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (Tersier) untuk mengatasi permasalahan pada lansia.
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1999 di Semarang oleh President Soeharto merupakan bukti dan Penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit prevalensi kepikunanny. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengkomsumsi sayur an buah. Aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasi dengan warga lainnya, serta hidup ditempat yang sangat bersih dan jauh dari populasi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansiaagar tidak menjadi beban bagi dirinya, kelurag maupun masyarakat.
Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life the Yearsthat Have Been added to Life, dengan prinsip kemerdekaan ( independence), Partisipasi, perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (diginity ).
b. Azazs yang dianut oleh department Kesehatan RI adalah Add Life to Years, add Health to life,and AddYears to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lansia, meningkatkan kesehatan dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut WHO (1982),pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan ( sharing the benefits of social development ).
b. Masinng-masing lansia mempunyai keunikan ( individuality of aging persons )
c. Lansia diusahakan mandiri dalamberbagai hal ( nondependence )
d. Lansia turut memilih kebijkan ( choice ).
e. Memberikan perawatan dirumah. ( home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessitability ).
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok / antar generasi ( Engaging the aging ).
h. Transportasi dan utilities bangunan yang sesuai dengan lansiam( mobility)
i. Para lansia dapat berguna dalam menghasilkan karya ( productivity ).
j. Lansia beserta keluarga aktif mememlihara kesehatan lansia ( self help care and family care )
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencengahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), pemulihan (rehabilitation).
1. Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan keehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakarandalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
b. Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan penggunaan sistem keamanan kerja.
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan¬bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d. Meningkatkan keamanan, penanganan makanan, dan obat¬obatan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sanitasi makanan serta mencegah kemungkinan efek interaksi dan overdosis obat-obatan.
e. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 perilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut.
1. Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
3. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
4. Olahraga ringan setiap hari.
5. Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya air putih).
6. Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
7. Minum obat sesuai dengan aturan dokter atau petugas kesehatan lainnya.
8. Kembangkan hobi/minat sesuai kemampuan.
9. Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan seks.
10. Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A
B – Berat badan berlebihan dihindari.
A - Atur makanan yang seimbang.
H – Hindari faktor risiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.
A – Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan/hobi yang bermanfaat
G – Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
I – Ikuti nasihat dokter.
A – Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
Menyampaikan pesan pada lansia sehat mengenai kebugaran, makan, merokok, alkohol, kelainan jiwa, kekerasan (rudapaksa), kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, obat dan makanan, kesehatan gigi, kesehatan ibu, penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, HIV-AIDS, penyakit hubungan seksual, imunisasi, dan pengawasan penyakit.
2. Preventif
Mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut :
1) Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
2) Konseling: berhenti merokok dan minum beralkohol.
3) Dukungan nutrisi.
4) Exercise.
5) Keamanan di dalam dan sekitar rumah.
6) Manajemen stres.
7) Penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, clan mengidap faktor risiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut.
1) Kontrol hipertensi.
2) Deteksi dan pengobatan kanker.
3) Screening: pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap- tahap :
(1) perawatan di rumah sakit
(2) rehabilitasi pasien rawat jalan
(3) perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
1) Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.
2) Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia
1. Lokal:
a. Sebagai case rnanajer.
b. Sebagai case finding.
c. Memberikan informasi-informasi kesehatan.
2. Regional
a. Bekerja sama dengan pemerintah setempat tentang kebijakan-kebijakan usia lanjut.
b. Menghadiri pertemuan-pertemuan tentang kesehatan lansia.
c. Melakukan lobi dalam melaksanakan program.
3. Nasional
a. Keterlibatan dalam kebijakan publik.
b. Negosiasi dan kompromi.
c. Kerja sama multidisiplin.
Dignosis dini dan Pengobatan
1. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas institusi.
2. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatanganan kontrak kesehatan.
3. Oleh petugas profesional/tim
a. Pemeriksaan status fisik ( comprehensive geriatric aasessmerit )
b. Wawancara masalah masa lalu dan saat ini. Obat yang dimakan atau yang diminum. Riwayat keluarga atau lingkungan sosial.
c. Kebiasaan merokok atau minum alkohol.
d. Pemeriksaan fisik diagnostik, meliputi darah lengkap, pemeriksaan pelvis clan rektum, gerakan sendi, kekuatan otot, penglihatan clan pendengaran, pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa per dua jam setelah makan, kolesterol dan trigliserida, kadar hormon bila diperlukan, serta tumor.
e. Skrining kesehatan, meliputi berat clan tinggi badan, kolesterol clan trigliserid, tekanan darah, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon dan rektum, visus dan pendengaran, serta kesehatan gigi dan mulut.
f. Pemeriksaan status kejiwaan, meliputi status mental clan psikologis. Status mental terdiri atas pengkajian memori, konsentrasi/perhatian, orientasi, komunikasi, clan bicara. Status psikologis terdiri atas suasana hati, perilaku, clan kesan umum.
g. Pemeriksaan status terdiri atas kontak sosial, faktor ekonomi, penyesuaian diri, dan orang yang merawat lansia. Kontak sosial mencakup keluarga/teman, kelompok sosial, penggunaan sarana, serta klub lansia. Faktor ekonomi mencakup pendapatan, asuransi, dan biaya hidup. Penyesuaian diri mencakup keadaan saat ini dan masa depan. Orang yang merawat lansia mencakup usia, status kesehatan, keterampilan, derajat stres, kepandaian, serta tanggung jawab sebagai keluarga.
h. Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri (independent), kurang mandiri (partially), ketergantungan (dependent).
PENGOBATAN
1. Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem muskuloskelelal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, dan integumen.
2. Terhadap manifestasi klinik berupa nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, dan prostat.
3. Terhadap masalah geriatri meliputi pikiran kacau (acute confusional state), jatuh, imobilisasi, dekubitus, inkontinensia urine, inkontinensia alvi, gangguan mata, gangguan telinga, dan osteoartritis.
PEMBATASAN KECACATAN
Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sistem saraf.
Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini.
1. Kecacatan sementara (dapat dikoreksi).
2. Kecacatan menetap (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat disubstitusi dengan alat).
3. Kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa disubstitusi atau diganti).
Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan penilaian (evalnation).
3 Rehabilitatif
a. Prinsip
1) Pertahankan lingkungan yang aman.
2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.
3) Pertahankan kecukupan gizi.
4) Pertahankan fungsi pernapasan.
5) Pertahankan fungsi aliran darah.
6) Pertahankan kulit.
7) Pertahankan fungsi pencernaan.
8) Pertahankan fungsi saluran kemih.
9) Meningkatkan fungsi psikososial.
10) Pertahankan komunikasi.
11) Mendorong pelaksanaan tugas;
b. Pelaksana: tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta petugas nonmedis)
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat.
1. Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar atau kacamata baca yang cocok.
2. Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam agar pandangan tidak kabur karena pengaruh sinar matahari.
3. Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah terlihat atau terbaca.
4. Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup terang.
5. Telepon dengan angka besar.
6. Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar lingkungan agar terbiasa dengan keadaan yang ada bisa ditemani atau menggunakan tongkat.
7. Belajar menggunakan tape recorder.
8. Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.
9. Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh mayo.
10. Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.
11. Menggunakan jam tangan atau jam dinding yang jarum dan angkanya bisa diraba.
12. Menggunakan alat bantu untuk menulis (pembatas tulisan).
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau tidak bisa mendengar.
1. Membiasakan mendengar dan berbicara pada pertemuan dengan alat bantu pendengaran elektronik.
2. Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras, serta gerakan tangan dan kepala.
3. Bel rumah yang dimodifikasi selain menggunakan bunyi juga ada lampu menyala tanda bel berbunyi.
4. Menggunakan buku catatan sendiri untuk menulis pesan.
5. Biasakan dan latih berjalan di lingkungan sekitar dan tempat ramai dengan menggunakan alat bantu dengar, juga jelaskan kemungkinan bahaya dan cara menghindarinya.
6. Alat-alat yang berbunyi usahakan dengan suara keras seperti telepon.
7. Mendengar menggunakan alat bantu sederhana seperti pipa yang terhubung ke telinga.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan atau immobilisasi
1. Melatih jalan menggunakan tongkat dan kursi roda.
Duduk dari berbaring dengan alat khusus, seperti pegangan yang dihubungkan ke kaki.
2. Mengerakkan kaki sebelum memasang sepatu.
3. Melatih menggunakan sepatu dan dasi yang dimodifikasi dengan satu tangan.
4. Kursi roda standar, yaitu sandaran fleksibel, injakan kaki bisa dibuka dan ditutup, ada penahan roda, ada pegangan tangan di roda, bisa dilipat, serta diangkat depannya.
5. Kursi roda yang lebih baik lagi, yaitu ada penahan belakang lutut, bisa meluruskan kaki, mudah vntuk berdiri, ada sabuk pengaman, ada dua tempat pegangan tangan, dan bisa dilepas.
6. Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda.
7. Cara menggunakan kursi roda: menuruni tangga dengan belakang kursi roda lebih dahulu dan menaiki tangga dengan depan kursi roda diangkat.
8. Makan menggunakan alat makan dengan pegangan besar.
9. Alat masak dan tempat masak yang dimodifikasi agar lebih mudah menggunakannya.
10. Alat untuk permainan clan membaca yang dimodifikasi.
Menggunakan pispot.
11. Tempat mandi ada bangku untuk duduk clan sikat yang melekat di dinding.
12. Toilet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang air besar.
13. Menggunakan alat bantu gambar untuk menjelaskan dan meminta sesuatu.
14. Latihan pasif untuk lansia yang mengalami paralisis pada tangan, kaki, dan jari. Selanjutnya, lakukan latihan aktif.
15. Latihan jalan menggunakan satu tongkat, dua tongkat, serta kursi roda di jalan biasa dan tangga.
16. Kaki kursi menggunakan sepatu agar tidak mudah bergeser.
17. Menjemur pakaian dengan menggunakan alat bantu.
18. Menggunakan sisir besar, kegiatan membaca, clan berternu dengan lansia lain.
19. Membuka kran menggunakan alat bantu dengan pegangan yang besar.
20. Tempat mencuci dibuat khusus.
21. Cara pindah dari tempat tidur ke kursi roda kemudian dari kursi roda ke tempat duduk: perawat berhadapan dengan klien clan kedua tangan memegang bawah aksila klien, sedangkan klien memegang bahu perawat.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan demensia
1. Jika ada yang lupa, maka ingatkan dan bantu lansia.
2. Misalnya, lupa dengan keluarganya (anak sendiri), tidak tahu tempat buang air kecil.
3. Mengingatkan lansia untuk membuat gambar bulan dan matahari pada tempat tidurnya, untuk membedakan bulan untuk malam hari dengan matahari untuk siang hari. Selanjutnya, siapkan obat pada tempat yang sudah ada labelnya.
4. Ingatkan hari, tanggal, dan tahun serta latih untuk mencoret hari yang lewat di kalender.
5. Mencatat setiap pesan dan di dekat telepon harus ada buku catatan.
6. Buat catatan untuk nomor telepon penting.
7. Tuliskan tempat-tempat atau ruangan dengan tulisan besar, contoh toilet, kamar mandi, kamar tidur, dan lain-lain.
8. Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang yang dikenal.
9. Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi.
10. Permainan kelompok: menentukan jenis bunga, menanyakan hari, serta gambar dicocokkan dengan aslinya.
11. Sarana dan Prasarana yang Dipergunakan
Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menyelenggarakan pelayanan terhadap lansia, baik sarana fisik, sosial, dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan dapat kita lihat di bawah ini.
a. Pelayanan tingkat masyarakat terhadap lansia
1. Keluarga dengan lansia.
2. Kelompok lansia seperti klub/perkumpulan; paguyuban, padepokan, dan pengajian; serta bina keluarga lansia.
3. Posyandu lansia.
4. Masyarakat, mencakup LKMD, karang wreda, day care, dana sehat/JPKM.
b. Pelayanan tingkat dasar
Diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan yayasan seperti:
1. Praktik dokter dan dokter gigi
2. Balai pengobatan klinik
3. Puskesmas/balkesmas
4. Panti tresna wreda
5. Pusat pelayanan dan perawatan lansia; praktik perawatan mandiri.
c. Pelayanan tingkat rujukan
1. Diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap, dan paripurna.
2. Tingkat sederhana, hanya menyediakan layanan poliklinik lansia.
3. Tingkat sedang, di mana layanan yang diberikan selain poliklinik juga klinik siang terpadu (day care)
4. Tingkat lengkap, sama dengan layanan pada tingkat sedang ditambah dengan pengadaan ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit akut.
5. Tingkat paripurna, di mana diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah dengan adanya ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit kronis.
a. Rumah sakit, mencakup poliklinik geriatri, unit rehabilitasi, ruang rawat, laboratorium, day hospital, UGD/IGD, dan bangsal akut.
b. Rumah sakit jiwa dan rumah sakit khusus lain.
c. Sasana tresna wreda.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Lansia
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan lansia yang diberikan, maka berbagai pendekatan dan kegiatan perlu dilaksanakan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Hukum dan perundang-undangan
2. Sumber daya manusia
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada prasaranayang telah adadan prasarana baru yang akan dioperasikan, diperlukan tenaga yang profesional, terlatih, dan terampil melakukan kegiatan tertentu.
Jenis tenaga khusus yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan bagi lansia adalah sebagai berikut.
a. Dokter spesialis geriatri, dapat direkrut dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis jantung, dokter spesialis jiwa, dokter spesialis saraf, dan lain-lain.
b. Dokter umum atau dokter dengan latihan khusus dalam geriatri atau gerontologi yang bekerja pada prasarana lansia secara penuh waktu atau paruh waktu.
c. Ahli gerontologi, dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, seperti sosial, hukum, ekonomi, antropologi, psikologi, kesehatan, dan asuransi.
d. Perawat yang telah dilatih menjadi:
1. manajer keperawatan (case manager);
2. fisioterapis;
3. occt{prrtionnl therapist;
4. speech therapist;
5. care coordinator;
6. perawat kesehatan masyarakat;
7. perawat panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
8. perawat di day care ceiiter, rumah sakit, dan pengunjung rumah.
e. Petugas sosial yang terlatih sebagai:
1. Manajer (case manager);
2. Petugas panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
3. Pengunjung rumah;
4. Pelayan lansia pada prasarana khusus, seperti social center, day care center, volunteer center, perpustakaan, konseling dan advokasi, kegiatan rekreasi, dan lain-lain;
5. Petugas pada prasarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pusat pelayanan lansia, clan panti peristirahatan lansia.
6. Sukarelawan dari masyarakat awam atau dari bidang keilmuan tertentu, seperti:
1. Ibu rumah tangga;
2. Mahasiswa dan muda-mudi;
3. Pengusaha dan donatur;
4. Pramuka;
5. Karang taruna;
6. Staf LKMD, RW, dan RT;
7. Sarjana kesehatan, sosial, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
3. Sarana dan prasarana
Berbagai sarana dan prasarana yang telah ada sekarang, seperti puskesmas, day care centre, posbindu, panti tresna, sasana tresna wreda, serta panti peristirahatan perlu ditingkatkan mutunya dan dikembangkan dengan prasarana lain.
Prasarana pelayanan tingkat masyarakat
1. Pelayanan rumah dan masyarakat (home and community care).
2. Penyuluhan lansia di bidang sosial, hukum, kesehatan, spiritual dalam kelompok pengajian, clan persekutuan doa.
3. Pelayanan rekreasi.
4. Home help service, home help care.
5. Home nursing.
6. Klub olahraga, perkumpulan stroke, diabetes melitus, hemodialisa, bernyanyi,dan hotline service.
7. Community option prograrn.
8. Continuum of care: extended, acute, ambulatory, home care, outreach, welness and health promotion, housing.
9. Day care center, adult day care pada prasarana kesehatan dan sosial. Hal yang didapatkan pada prasarana ini adalah perawatan, bantuan pada ADL, pelayanan pribadi, makanan, konsultasi gizi, rekreasi dan olahraga bersama, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, rehabilitasi fisik, orientasi realita dan senam otak, pengobatan okupasi, konseling keluarga, pelayanan sosial, bantuan transportasi, kegiatan keagamaan, serta pelayanan khusus sesuai dengan kebutuhan anggota.
Prasarana pelayanan tingkat dasar
Tim utama pemberi pelayanan kesehatan (primary health care team)
1. Dipimpin oleh dokter terlatih clan terampil.
2. Tim terdiri atas dokter, perawat pengunjung rumah, dan petugas sosial.
3. Deteksi dini.
4. Observasi langsung oleh perawat pengunjung rumah dan petugas puskesmas.
5. Penyuluhan kesehatan.
6. Rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam, psikiatri, dan psikogeriatri.
Prasarana pelayanan tingkat I dan II
1. Pelayanan rumah sakit untuk lansia dan rumah sakit geriatri meliputi acute assesment ward, rehabilitation service, continuing care facilities, konsultasi, dan pelayanan rehabilitasi penderita rawat jalan.
2. Geriatric day hospital meliputi kegiatan seperti day care yang berlokasi di rumah sakit serta rujukan dari bangsal dan bagian rawat inap.
3. Penginapan/asrama (hospice/hostel) meliputi pelayanan per-sonal care, health care, pemberian makanan, mencuci, aktivitas sosial, rekreasi, dukungan sosial, kunjungan teratur, dan mencukur rambut.
4. Kawasan lansia (retirernent villages/elderly villages) meliputi pelayanan oleh rmrsing home, apotek, toko, serta bank.
4 Pelayanan
Perlu juga diperhatikan tren yang kini berlangsung di negara-negara lain dalam penyelenggaraan pelayanan lansia.
a. Pelayanan institusi mengarah ke pelayanan rumah (Institutional care/Home-based care)
b. Pelayanan baku mengarah ke pelayanan yang disesuaikan kebutuhan lansia (Standardized service/Tailored services)
c. Jadwal kaku mengarah ke jadwal lentur sesuai kebutuhan lansia (Rigid time table /Flexible client centered)
d. Pelayanan sendiri-sendiri mengarah ke pelavanan terpadu (Independnlt service/ Coordimzted service)
e. Lansia pasif dalam pelayanan mengarah ke lansia aktif dalam pelayanan (Clier.t/passive recipients/Active individual)
5. Keterpaduan
Agar kegiatan pelayanan yang dilakukan petugas pada prasarana yang ada berhasil guna dan berdaya guna, maka mutlak dilakukan suatu keterpaduan, baik dari aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serra dalam manajemen kegiatan.
Keterpaduan dalam aspek petugas
1. Petugas diimformasikan mengenai adanya kegiatan pada sektor lain.
2. Pelatihan petugas dalam menyampaikan pesan terpadu.
3. Petugas sektor diperkenankan bertugas pada prasarana dari sektor lainnva.
Keterpaduan dalam aspek tempat. Suatu tempat yang telah disepakati dan dapat dipergunakan sektor lainnya, seperti: posbindu lansia, ruang rapat kecamatan, puskesmas, panti tresna wreda, serta sasana tresna wreda.
Keterpaduan dalam aspek waktu.
Waktu disepakati sebagai sektor untuk melaksanakan kegiatan terpadu, misalnya setiap Minggu atau setiap Kamis.
Keterpaduan dalam aspek biaya.
Perlu keterbukaan dari setiap sektor. Keterpaduan dalam aspek pesan. Perlu disusun bersama dan disepakati oleh masing-masing sektor terkait.
Keterpaduan dalam aspek manajemen
a. Pertemuan koordinasi dalam perencanaan.
b. Pertemuan koordinasi dalam pelaksanaan.
c. Pertemuan koordinasi dalam penilaian.
d. Supervisi berkala oleh anggota tim.
6. Pendidikan dan pelatihan
Untuk memahami sebaik-baiknya bentuk dan jenis pelayanan, maka Tiap petugas dan instansi serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia perlu dipersiapkan. Sebaiknya melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri, seperti:
a. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan terhadap lansia;
b. Pengenalan masalah;
c. Penyusunan program;
d. Pelayanan yang diselenggarakan berbagai sektor terhadap lansia;
e. Keterpaduan;
Konseling;
f. Azaz pendekatan, serta tren pelayanan lansia;
g. Membina kelompok lansia;
h. Berpikir kreatif;
i. Menjual ide atau pemasaran sosial;
j. Menyampaikan pesan terpadu;
k. JPKM;
l. Gerontologi;
m. Geriatri;
n. Penyakit lansia utama (geriatric problem);
o. Pengobatan;
p. Rujukan;
q. Day hospital;
r. Day care;
s. Organisasi lansia;
t. Networking;
u. Komunikasi dengan generasi muda;
v. Perundang-undangan;
w. Pelayanan terhadap lansia di dalam clan luar negeri;
x. Pencatatan dan pelaporan;
y. Menghadiri seminar lansia.
Gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain (Depkes RI.2001 ).
Menurut Kozier (1987), Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek penuaan.
Menurut Miller (1990), Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia.
Gerontologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan masalah yang terjadi pada lansia( Kozier, 1987). Dalam referensi lain dikatakan gerontology merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
Pada tahun 1995 WHO menggariskan bahwa focus pembinan bagi kelompok usia lanjut adalah upaya promotif dan minimalkan ketergantungan pada usia lanjut.
Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pada prinsipnya geriatrik mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI, 2000).
Geriatri adalah cabang ilmu tentang merawat orang yang berusia lanjut terhadap penyakitnya. Geriatri dapat pula diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia.
Menurut Black dan Jacob (1997), geriatrik adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada penyakit yang timbul pada lansia.
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini secara tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal
6. Tetap membersihkan bentuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatri adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatri baru terjadi pada abad ke-20. I Indonesia, geriatri baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan agar para lansia dapar menjadi lansia yang berguna dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
Menurut dr. Hermawan Soejono dari Divisi Geriatri Departemen Penyakit Dalam FKUI, salah satu masalah penting yang dihadapi para lansia adalah kesehatan. Masalah kesehatan populasi lansia bukan saja terletak pada aspek penyakit kronis atau degeneratif, melainkan juga kerentanan terhadap penyakit infeksi yang cukup tinggi.
Penyakit yang paling banyak diderita lansia adalah infeksi akut paru-paru (pneumonia) dan kardiovaskular. Penyakit pneumonia saat ini menjadi ancaman lansia dan berdampak pada morbiditas serta mortalitas, cara mencegahnya ialah dengan melakukan imunisasi. Adapun imunisasi yang wajib bagi lansia adalah imunisasi flu dan pneumonia.
Sayangnya iminusasi ini tidak dibiayai serta pasien harus membeli sendiri vaksinnya yang masih diimpor.
Imunisasi influenza memang merupakan referensi WHO, sebab organisasi kesehatan dunia itu mencatat antara tahun 1957-1958 terjadi wabah flu Spanyol (Spanish Flu), kemudian pada tahun 1968 – 1969 terjadi wabah flu Hongkong. Kedua wabah itu banyak menewaskan lansia. Oleh karena itu, pada tahun 2004 WHO mencanangkan perlunya imunisasi pada lansia untuk setiap Negara. Imunisasi influenza diberikan sekali dalan setahun dan imunisasi pneumonia diberikan satu kali seumur hidup, bias juga lima tahu sekali.
Vaksinasi ini tidak 100% memproteksi tubuh lansia dan serangan virus. Namun sekitar 77-84% vaksin ini mampu memproteksi tubuh terhadap serangan virus. Imunisasi ini relative baru dan belum banyak diketahui orang. Saat ini baru empat rumah sakit pendidikan yang memiliki dokter geriatri, yaitu RSUPN Cipto Mangunkusomo Jakarta, RSUD Karyadi Semarang, RSUD Sardjito Yogyakarta dan RSUD Sanglah Bali.
Terdapat beberapa efek samping saat tubuh lansia menerima vaksinasi, yaitu terjadi kemerahan pada kulit dan demam. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan meminum obat paracetamol 1 tablet. Untuk tingkat sedang, efek samping imunisasi bias menyebabkan sesak napas dan diare. Bahkan pada tingkat berat bisa menimbulkan kebiru-biruan, saluran napas tersumbat dan menyebabkan kematian.
Keperawatan Gerontik
Menurut Eliopoulous tahun 2005 fungsi dari perawat gerontology adalah :
1. Guide person of all ages toward a healthy aging process ( Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism ( Menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the right of older adultsand ensure others do the same ( Menghormati hak orang dewasa lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Oversee and promote the quality of service delivery ( Memantau dan mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risk to health and well-being ( Memperhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and Support caregives ( Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7. Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).
8. Listen and sitpport (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9. Offer optimism, encourgement, and hope (Memberikan semangat, dukungan, dan harapan).
10. Generate, support, use, and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian).
11. Implement restorative and rehabilitative measures (Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitatif).
12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengahtur perawatan).
13. Asses, plan, Implement, and evaluate care in an individualized, holisticmaner (Mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh).
14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan).
15. Nurture future gerontological nurses for advancementof the specialty (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli di bidangnya).
16. Understand the unique physical, emotional, social, and spiritual aspects of each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual).
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
Keperawatan gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi, serta evaluasi (Lueckerotte,2000)
Keperawatan geriatri adalah praktik perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Lueckerotte, 2000).
Keperawatan gerontik adalah spesialis keperawatan usia lanjut yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan (di rumah sakit, rumah, dan panti) dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencakup biopsikososial dan spiritual, di mana klien adalah orang yang telah berusia > 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit.
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik.
Cakupan dari ilmu keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar lansia sebagai akibat dari proses penuaan. Sedangkan lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia, dan pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lansia.
Sifat asuhan keperawatan gerontik adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik, dan holistik. Peran dan fungsi perawat gerontik adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung, sebagai pendidik bagi lansia, keluarga, dan masvarakat. Perawat juga dapat menjadi mutivator dan inovator dalam memberikan advokasi pada klien serta sebagai konselor (Eliopoulus, 2000 dan Iueckenotte2000).
Keperawatan kesehatan dasar adalah bantuan, bimbingan, penyuluhan, serta pengawasan yang diberikan oleh tenaga keperawatan (perawat, petugas panti terlatih) untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia. Pada lansia secara individu terjadi proses kemunduran fungsi tubuh, baik secara biologis, psikologis, maupun sosial sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah.
Keperawatan dasar bagi kelompok lansia ditujukan kepada beberapa kelompok :
1. Kelompok yang masih aktif ialah mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari dapat dilaksanakan sendiri. Meskipun demikian, perlu mendapat bimbingan dan pengawasan yang berkesinambungan serta bantuan untuk mencegah terjadinya faktor risiko tinggi dan agar tidak mempercepat ketergantungan kepada orang lain.
2. Kelompok lansia yang pasif ialah para lansia yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh.
Perawat gerontik memiliki tanggung jawab untuk membantu klien dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya, serta persiapan dalam menghadapi ajal.
Di Indonesia, keperawatan gerontik masih dalam tahap pengembangan. Salah satu cara pengembangannya adalah dengan memasukkan keperawatan gerontik di dalam kurikulum pembelajaran pada pendidikan keperawatan. Di beberapa rumah sakit pun, sudah mulai membuat ruang rawat khusus yang merawat pasien-pasien usia lanjut.
Lansia dalam kependudukan di Indonesia Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% pada yahun 2020 menjadi sebesar 11,34 % (BPS, 1992). Berdasarkan data Biro Sensus Amerika memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% ( Kinsella dan Taeuber, 1993 ).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan akan menjadi 2 milliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak ( 0-14 ). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu Negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Perlahan tapi pasti masalah lansia mulai dapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya usia harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama ini. Maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlun diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan / atau mentalnya tidak memungkinkan lagi berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
( GBHN, 1993 ).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para professional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian ( mortalitas ) lansia. Pelayanan kesehatan, social, ketenagakerjaan, dan lain-lainya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individual , kelompok lansia, keluarga, Panti social tresna wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda (STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (Primer). Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan (Skunder), dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (Tersier) untuk mengatasi permasalahan pada lansia.
Perancangan Hari Lanjut Usia Nasional (HALUN) pada tanggal 29 Mei 1999 di Semarang oleh President Soeharto merupakan bukti dan Penghargaan pemerintah dan masyarakat terhadap lansia.
Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang sebagian berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit prevalensi kepikunanny. Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern, banyak mengkomsumsi sayur an buah. Aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasi dengan warga lainnya, serta hidup ditempat yang sangat bersih dan jauh dari populasi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansiaagar tidak menjadi beban bagi dirinya, kelurag maupun masyarakat.
Upaya Pelayanan Kesehatan Terhadap lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life the Yearsthat Have Been added to Life, dengan prinsip kemerdekaan ( independence), Partisipasi, perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (diginity ).
b. Azazs yang dianut oleh department Kesehatan RI adalah Add Life to Years, add Health to life,and AddYears to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lansia, meningkatkan kesehatan dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut WHO (1982),pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan ( sharing the benefits of social development ).
b. Masinng-masing lansia mempunyai keunikan ( individuality of aging persons )
c. Lansia diusahakan mandiri dalamberbagai hal ( nondependence )
d. Lansia turut memilih kebijkan ( choice ).
e. Memberikan perawatan dirumah. ( home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessitability ).
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok / antar generasi ( Engaging the aging ).
h. Transportasi dan utilities bangunan yang sesuai dengan lansiam( mobility)
i. Para lansia dapat berguna dalam menghasilkan karya ( productivity ).
j. Lansia beserta keluarga aktif mememlihara kesehatan lansia ( self help care and family care )
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencengahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), pemulihan (rehabilitation).
1. Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan untuk membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kea rah keadaan keehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakarandalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
b. Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan penggunaan sistem keamanan kerja.
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan¬bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d. Meningkatkan keamanan, penanganan makanan, dan obat¬obatan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sanitasi makanan serta mencegah kemungkinan efek interaksi dan overdosis obat-obatan.
e. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 perilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut.
1. Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
3. Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
4. Olahraga ringan setiap hari.
5. Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum (sebaiknya air putih).
6. Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
7. Minum obat sesuai dengan aturan dokter atau petugas kesehatan lainnya.
8. Kembangkan hobi/minat sesuai kemampuan.
9. Tetap memelihara dan bergairah dalam kehidupan seks.
10. Memeriksakan kesehatan dan gigi secara teratur.
Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A
B – Berat badan berlebihan dihindari.
A - Atur makanan yang seimbang.
H – Hindari faktor risiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.
A – Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan/hobi yang bermanfaat
G – Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
I – Ikuti nasihat dokter.
A – Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
Menyampaikan pesan pada lansia sehat mengenai kebugaran, makan, merokok, alkohol, kelainan jiwa, kekerasan (rudapaksa), kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, obat dan makanan, kesehatan gigi, kesehatan ibu, penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, HIV-AIDS, penyakit hubungan seksual, imunisasi, dan pengawasan penyakit.
2. Preventif
Mencangkup pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan.
Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut :
1) Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
2) Konseling: berhenti merokok dan minum beralkohol.
3) Dukungan nutrisi.
4) Exercise.
5) Keamanan di dalam dan sekitar rumah.
6) Manajemen stres.
7) Penggunaan medikasi yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, clan mengidap faktor risiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut.
1) Kontrol hipertensi.
2) Deteksi dan pengobatan kanker.
3) Screening: pemeriksaan rektal, mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap- tahap :
(1) perawatan di rumah sakit
(2) rehabilitasi pasien rawat jalan
(3) perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.
1) Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urine/fekal.
2) Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.
Peran perawat dalam upaya preventif dan promotif bagi lansia
1. Lokal:
a. Sebagai case rnanajer.
b. Sebagai case finding.
c. Memberikan informasi-informasi kesehatan.
2. Regional
a. Bekerja sama dengan pemerintah setempat tentang kebijakan-kebijakan usia lanjut.
b. Menghadiri pertemuan-pertemuan tentang kesehatan lansia.
c. Melakukan lobi dalam melaksanakan program.
3. Nasional
a. Keterlibatan dalam kebijakan publik.
b. Negosiasi dan kompromi.
c. Kerja sama multidisiplin.
Dignosis dini dan Pengobatan
1. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas institusi.
2. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta penandatanganan kontrak kesehatan.
3. Oleh petugas profesional/tim
a. Pemeriksaan status fisik ( comprehensive geriatric aasessmerit )
b. Wawancara masalah masa lalu dan saat ini. Obat yang dimakan atau yang diminum. Riwayat keluarga atau lingkungan sosial.
c. Kebiasaan merokok atau minum alkohol.
d. Pemeriksaan fisik diagnostik, meliputi darah lengkap, pemeriksaan pelvis clan rektum, gerakan sendi, kekuatan otot, penglihatan clan pendengaran, pemeriksaan laboratorium, gula darah puasa per dua jam setelah makan, kolesterol dan trigliserida, kadar hormon bila diperlukan, serta tumor.
e. Skrining kesehatan, meliputi berat clan tinggi badan, kolesterol clan trigliserid, tekanan darah, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolon dan rektum, visus dan pendengaran, serta kesehatan gigi dan mulut.
f. Pemeriksaan status kejiwaan, meliputi status mental clan psikologis. Status mental terdiri atas pengkajian memori, konsentrasi/perhatian, orientasi, komunikasi, clan bicara. Status psikologis terdiri atas suasana hati, perilaku, clan kesan umum.
g. Pemeriksaan status terdiri atas kontak sosial, faktor ekonomi, penyesuaian diri, dan orang yang merawat lansia. Kontak sosial mencakup keluarga/teman, kelompok sosial, penggunaan sarana, serta klub lansia. Faktor ekonomi mencakup pendapatan, asuransi, dan biaya hidup. Penyesuaian diri mencakup keadaan saat ini dan masa depan. Orang yang merawat lansia mencakup usia, status kesehatan, keterampilan, derajat stres, kepandaian, serta tanggung jawab sebagai keluarga.
h. Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri (independent), kurang mandiri (partially), ketergantungan (dependent).
PENGOBATAN
1. Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem muskuloskelelal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal, saraf, dan integumen.
2. Terhadap manifestasi klinik berupa nyeri kepala, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri tungkai, nyeri kaki, demam, hipotermi, tak ada nafsu makan, kelemahan umum, sesak napas, edema, obstipasi, gangguan kemih, gangguan neuropsikiatri, hipertensi, klimakterium, dan prostat.
3. Terhadap masalah geriatri meliputi pikiran kacau (acute confusional state), jatuh, imobilisasi, dekubitus, inkontinensia urine, inkontinensia alvi, gangguan mata, gangguan telinga, dan osteoartritis.
PEMBATASAN KECACATAN
Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan kerangka, otot, dan sistem saraf.
Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini.
1. Kecacatan sementara (dapat dikoreksi).
2. Kecacatan menetap (tak bisa dipulihkan, akan tetapi dapat disubstitusi dengan alat).
3. Kecacatan progresif (tak bisa pulih dan tak bisa disubstitusi atau diganti).
Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan (assesment), identifikasi masalah (problem identification), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan penilaian (evalnation).
3 Rehabilitatif
a. Prinsip
1) Pertahankan lingkungan yang aman.
2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktivitas dan mobilitas.
3) Pertahankan kecukupan gizi.
4) Pertahankan fungsi pernapasan.
5) Pertahankan fungsi aliran darah.
6) Pertahankan kulit.
7) Pertahankan fungsi pencernaan.
8) Pertahankan fungsi saluran kemih.
9) Meningkatkan fungsi psikososial.
10) Pertahankan komunikasi.
11) Mendorong pelaksanaan tugas;
b. Pelaksana: tim rehabilitasi (petugas medis, petugas paramedis, serta petugas nonmedis)
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan penglihatan berkurang atau tidak bisa melihat.
1. Membaca dengan jarak yang sesuai menggunakan kaca pembesar atau kacamata baca yang cocok.
2. Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata hitam agar pandangan tidak kabur karena pengaruh sinar matahari.
3. Gambar dan tulisan difotokopi untuk diperbesar agar mudah terlihat atau terbaca.
4. Lampu ruangan dan lampu baca dengan pencahayaan yang cukup terang.
5. Telepon dengan angka besar.
6. Memperkenalkan dan melatih berjalan di sekitar lingkungan agar terbiasa dengan keadaan yang ada bisa ditemani atau menggunakan tongkat.
7. Belajar menggunakan tape recorder.
8. Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara.
9. Permainan di atas meja yang dimodifikasi dengan rabaan, contoh mayo.
10. Melatih keterampilan tangan seperti menyulam.
11. Menggunakan jam tangan atau jam dinding yang jarum dan angkanya bisa diraba.
12. Menggunakan alat bantu untuk menulis (pembatas tulisan).
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau tidak bisa mendengar.
1. Membiasakan mendengar dan berbicara pada pertemuan dengan alat bantu pendengaran elektronik.
2. Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara agak keras, serta gerakan tangan dan kepala.
3. Bel rumah yang dimodifikasi selain menggunakan bunyi juga ada lampu menyala tanda bel berbunyi.
4. Menggunakan buku catatan sendiri untuk menulis pesan.
5. Biasakan dan latih berjalan di lingkungan sekitar dan tempat ramai dengan menggunakan alat bantu dengar, juga jelaskan kemungkinan bahaya dan cara menghindarinya.
6. Alat-alat yang berbunyi usahakan dengan suara keras seperti telepon.
7. Mendengar menggunakan alat bantu sederhana seperti pipa yang terhubung ke telinga.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan atau immobilisasi
1. Melatih jalan menggunakan tongkat dan kursi roda.
Duduk dari berbaring dengan alat khusus, seperti pegangan yang dihubungkan ke kaki.
2. Mengerakkan kaki sebelum memasang sepatu.
3. Melatih menggunakan sepatu dan dasi yang dimodifikasi dengan satu tangan.
4. Kursi roda standar, yaitu sandaran fleksibel, injakan kaki bisa dibuka dan ditutup, ada penahan roda, ada pegangan tangan di roda, bisa dilipat, serta diangkat depannya.
5. Kursi roda yang lebih baik lagi, yaitu ada penahan belakang lutut, bisa meluruskan kaki, mudah vntuk berdiri, ada sabuk pengaman, ada dua tempat pegangan tangan, dan bisa dilepas.
6. Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda.
7. Cara menggunakan kursi roda: menuruni tangga dengan belakang kursi roda lebih dahulu dan menaiki tangga dengan depan kursi roda diangkat.
8. Makan menggunakan alat makan dengan pegangan besar.
9. Alat masak dan tempat masak yang dimodifikasi agar lebih mudah menggunakannya.
10. Alat untuk permainan clan membaca yang dimodifikasi.
Menggunakan pispot.
11. Tempat mandi ada bangku untuk duduk clan sikat yang melekat di dinding.
12. Toilet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang air besar.
13. Menggunakan alat bantu gambar untuk menjelaskan dan meminta sesuatu.
14. Latihan pasif untuk lansia yang mengalami paralisis pada tangan, kaki, dan jari. Selanjutnya, lakukan latihan aktif.
15. Latihan jalan menggunakan satu tongkat, dua tongkat, serta kursi roda di jalan biasa dan tangga.
16. Kaki kursi menggunakan sepatu agar tidak mudah bergeser.
17. Menjemur pakaian dengan menggunakan alat bantu.
18. Menggunakan sisir besar, kegiatan membaca, clan berternu dengan lansia lain.
19. Membuka kran menggunakan alat bantu dengan pegangan yang besar.
20. Tempat mencuci dibuat khusus.
21. Cara pindah dari tempat tidur ke kursi roda kemudian dari kursi roda ke tempat duduk: perawat berhadapan dengan klien clan kedua tangan memegang bawah aksila klien, sedangkan klien memegang bahu perawat.
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan demensia
1. Jika ada yang lupa, maka ingatkan dan bantu lansia.
2. Misalnya, lupa dengan keluarganya (anak sendiri), tidak tahu tempat buang air kecil.
3. Mengingatkan lansia untuk membuat gambar bulan dan matahari pada tempat tidurnya, untuk membedakan bulan untuk malam hari dengan matahari untuk siang hari. Selanjutnya, siapkan obat pada tempat yang sudah ada labelnya.
4. Ingatkan hari, tanggal, dan tahun serta latih untuk mencoret hari yang lewat di kalender.
5. Mencatat setiap pesan dan di dekat telepon harus ada buku catatan.
6. Buat catatan untuk nomor telepon penting.
7. Tuliskan tempat-tempat atau ruangan dengan tulisan besar, contoh toilet, kamar mandi, kamar tidur, dan lain-lain.
8. Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang yang dikenal.
9. Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi.
10. Permainan kelompok: menentukan jenis bunga, menanyakan hari, serta gambar dicocokkan dengan aslinya.
11. Sarana dan Prasarana yang Dipergunakan
Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk menyelenggarakan pelayanan terhadap lansia, baik sarana fisik, sosial, dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan dapat kita lihat di bawah ini.
a. Pelayanan tingkat masyarakat terhadap lansia
1. Keluarga dengan lansia.
2. Kelompok lansia seperti klub/perkumpulan; paguyuban, padepokan, dan pengajian; serta bina keluarga lansia.
3. Posyandu lansia.
4. Masyarakat, mencakup LKMD, karang wreda, day care, dana sehat/JPKM.
b. Pelayanan tingkat dasar
Diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintahan dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan yayasan seperti:
1. Praktik dokter dan dokter gigi
2. Balai pengobatan klinik
3. Puskesmas/balkesmas
4. Panti tresna wreda
5. Pusat pelayanan dan perawatan lansia; praktik perawatan mandiri.
c. Pelayanan tingkat rujukan
1. Diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap, dan paripurna.
2. Tingkat sederhana, hanya menyediakan layanan poliklinik lansia.
3. Tingkat sedang, di mana layanan yang diberikan selain poliklinik juga klinik siang terpadu (day care)
4. Tingkat lengkap, sama dengan layanan pada tingkat sedang ditambah dengan pengadaan ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit akut.
5. Tingkat paripurna, di mana diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah dengan adanya ruang perawatan khusus lansia dengan penyakit kronis.
a. Rumah sakit, mencakup poliklinik geriatri, unit rehabilitasi, ruang rawat, laboratorium, day hospital, UGD/IGD, dan bangsal akut.
b. Rumah sakit jiwa dan rumah sakit khusus lain.
c. Sasana tresna wreda.
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Lansia
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan lansia yang diberikan, maka berbagai pendekatan dan kegiatan perlu dilaksanakan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Hukum dan perundang-undangan
2. Sumber daya manusia
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada prasaranayang telah adadan prasarana baru yang akan dioperasikan, diperlukan tenaga yang profesional, terlatih, dan terampil melakukan kegiatan tertentu.
Jenis tenaga khusus yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan bagi lansia adalah sebagai berikut.
a. Dokter spesialis geriatri, dapat direkrut dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis jantung, dokter spesialis jiwa, dokter spesialis saraf, dan lain-lain.
b. Dokter umum atau dokter dengan latihan khusus dalam geriatri atau gerontologi yang bekerja pada prasarana lansia secara penuh waktu atau paruh waktu.
c. Ahli gerontologi, dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu, seperti sosial, hukum, ekonomi, antropologi, psikologi, kesehatan, dan asuransi.
d. Perawat yang telah dilatih menjadi:
1. manajer keperawatan (case manager);
2. fisioterapis;
3. occt{prrtionnl therapist;
4. speech therapist;
5. care coordinator;
6. perawat kesehatan masyarakat;
7. perawat panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
8. perawat di day care ceiiter, rumah sakit, dan pengunjung rumah.
e. Petugas sosial yang terlatih sebagai:
1. Manajer (case manager);
2. Petugas panti tresna wreda, sasana tresna wreda;
3. Pengunjung rumah;
4. Pelayan lansia pada prasarana khusus, seperti social center, day care center, volunteer center, perpustakaan, konseling dan advokasi, kegiatan rekreasi, dan lain-lain;
5. Petugas pada prasarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, pusat pelayanan lansia, clan panti peristirahatan lansia.
6. Sukarelawan dari masyarakat awam atau dari bidang keilmuan tertentu, seperti:
1. Ibu rumah tangga;
2. Mahasiswa dan muda-mudi;
3. Pengusaha dan donatur;
4. Pramuka;
5. Karang taruna;
6. Staf LKMD, RW, dan RT;
7. Sarjana kesehatan, sosial, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
3. Sarana dan prasarana
Berbagai sarana dan prasarana yang telah ada sekarang, seperti puskesmas, day care centre, posbindu, panti tresna, sasana tresna wreda, serta panti peristirahatan perlu ditingkatkan mutunya dan dikembangkan dengan prasarana lain.
Prasarana pelayanan tingkat masyarakat
1. Pelayanan rumah dan masyarakat (home and community care).
2. Penyuluhan lansia di bidang sosial, hukum, kesehatan, spiritual dalam kelompok pengajian, clan persekutuan doa.
3. Pelayanan rekreasi.
4. Home help service, home help care.
5. Home nursing.
6. Klub olahraga, perkumpulan stroke, diabetes melitus, hemodialisa, bernyanyi,dan hotline service.
7. Community option prograrn.
8. Continuum of care: extended, acute, ambulatory, home care, outreach, welness and health promotion, housing.
9. Day care center, adult day care pada prasarana kesehatan dan sosial. Hal yang didapatkan pada prasarana ini adalah perawatan, bantuan pada ADL, pelayanan pribadi, makanan, konsultasi gizi, rekreasi dan olahraga bersama, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, rehabilitasi fisik, orientasi realita dan senam otak, pengobatan okupasi, konseling keluarga, pelayanan sosial, bantuan transportasi, kegiatan keagamaan, serta pelayanan khusus sesuai dengan kebutuhan anggota.
Prasarana pelayanan tingkat dasar
Tim utama pemberi pelayanan kesehatan (primary health care team)
1. Dipimpin oleh dokter terlatih clan terampil.
2. Tim terdiri atas dokter, perawat pengunjung rumah, dan petugas sosial.
3. Deteksi dini.
4. Observasi langsung oleh perawat pengunjung rumah dan petugas puskesmas.
5. Penyuluhan kesehatan.
6. Rujukan ke dokter spesialis penyakit dalam, psikiatri, dan psikogeriatri.
Prasarana pelayanan tingkat I dan II
1. Pelayanan rumah sakit untuk lansia dan rumah sakit geriatri meliputi acute assesment ward, rehabilitation service, continuing care facilities, konsultasi, dan pelayanan rehabilitasi penderita rawat jalan.
2. Geriatric day hospital meliputi kegiatan seperti day care yang berlokasi di rumah sakit serta rujukan dari bangsal dan bagian rawat inap.
3. Penginapan/asrama (hospice/hostel) meliputi pelayanan per-sonal care, health care, pemberian makanan, mencuci, aktivitas sosial, rekreasi, dukungan sosial, kunjungan teratur, dan mencukur rambut.
4. Kawasan lansia (retirernent villages/elderly villages) meliputi pelayanan oleh rmrsing home, apotek, toko, serta bank.
4 Pelayanan
Perlu juga diperhatikan tren yang kini berlangsung di negara-negara lain dalam penyelenggaraan pelayanan lansia.
a. Pelayanan institusi mengarah ke pelayanan rumah (Institutional care/Home-based care)
b. Pelayanan baku mengarah ke pelayanan yang disesuaikan kebutuhan lansia (Standardized service/Tailored services)
c. Jadwal kaku mengarah ke jadwal lentur sesuai kebutuhan lansia (Rigid time table /Flexible client centered)
d. Pelayanan sendiri-sendiri mengarah ke pelavanan terpadu (Independnlt service/ Coordimzted service)
e. Lansia pasif dalam pelayanan mengarah ke lansia aktif dalam pelayanan (Clier.t/passive recipients/Active individual)
5. Keterpaduan
Agar kegiatan pelayanan yang dilakukan petugas pada prasarana yang ada berhasil guna dan berdaya guna, maka mutlak dilakukan suatu keterpaduan, baik dari aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serra dalam manajemen kegiatan.
Keterpaduan dalam aspek petugas
1. Petugas diimformasikan mengenai adanya kegiatan pada sektor lain.
2. Pelatihan petugas dalam menyampaikan pesan terpadu.
3. Petugas sektor diperkenankan bertugas pada prasarana dari sektor lainnva.
Keterpaduan dalam aspek tempat. Suatu tempat yang telah disepakati dan dapat dipergunakan sektor lainnya, seperti: posbindu lansia, ruang rapat kecamatan, puskesmas, panti tresna wreda, serta sasana tresna wreda.
Keterpaduan dalam aspek waktu.
Waktu disepakati sebagai sektor untuk melaksanakan kegiatan terpadu, misalnya setiap Minggu atau setiap Kamis.
Keterpaduan dalam aspek biaya.
Perlu keterbukaan dari setiap sektor. Keterpaduan dalam aspek pesan. Perlu disusun bersama dan disepakati oleh masing-masing sektor terkait.
Keterpaduan dalam aspek manajemen
a. Pertemuan koordinasi dalam perencanaan.
b. Pertemuan koordinasi dalam pelaksanaan.
c. Pertemuan koordinasi dalam penilaian.
d. Supervisi berkala oleh anggota tim.
6. Pendidikan dan pelatihan
Untuk memahami sebaik-baiknya bentuk dan jenis pelayanan, maka Tiap petugas dan instansi serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia perlu dipersiapkan. Sebaiknya melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun luar negeri, seperti:
a. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan terhadap lansia;
b. Pengenalan masalah;
c. Penyusunan program;
d. Pelayanan yang diselenggarakan berbagai sektor terhadap lansia;
e. Keterpaduan;
Konseling;
f. Azaz pendekatan, serta tren pelayanan lansia;
g. Membina kelompok lansia;
h. Berpikir kreatif;
i. Menjual ide atau pemasaran sosial;
j. Menyampaikan pesan terpadu;
k. JPKM;
l. Gerontologi;
m. Geriatri;
n. Penyakit lansia utama (geriatric problem);
o. Pengobatan;
p. Rujukan;
q. Day hospital;
r. Day care;
s. Organisasi lansia;
t. Networking;
u. Komunikasi dengan generasi muda;
v. Perundang-undangan;
w. Pelayanan terhadap lansia di dalam clan luar negeri;
x. Pencatatan dan pelaporan;
y. Menghadiri seminar lansia.
0 Response to "Lapopran Pendahuluan Gerontologi Ilmu Kesehatan Terbaru"
Post a Comment