PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep – konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :
A. Pengertian mobilisasi
B. Menjelaskan tujuan mobilisasi
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
D. Macam persendian diartrosis dan pergerakannya.
E. Tanda – tanda terjadinya intolerasi aktifitas
F. Masalah fisik akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)
G. Menjelaskan upaya pencegahan masalahyang timbul akibat kurangnya mobilisasi.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
A. Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
B. Tujuan dari mobilisasi antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi obilisasi
1. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
D. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
E. Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
F. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
G. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1. Mempertahankan bady aligment
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi
2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral
3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.
8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
1. PENGERTIAN
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 : 1645) mengemukakan 6 (enam) ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat.
Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka :
a. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
Sedangkan pengertian tidur antara lain :
Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679)
2. TUJUAN TIDUR :
Secara jelas tujuan tidur tidak diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Selam tidur seseorang akan mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.
3. TANDA TIDUR SECARA UMUM
Secara umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Secara detail tanda-tanda tidur ini akan dibahas pada macam / pola tidur.
4. PROSES FISIOLOGIS TIDUR
FISIOLOGI TIDUR
Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama.
Formasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada.
Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Daerah-daerah tersebut adalah :
Nuklei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medula
Nukleus traktus solitarius, yang merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui syaraf-syaraf vagus dan glossofaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur.
Beberapa regio diensefalon, yaitu bagian rostral hipotalamus, terutama area suprakiasma dan adakalanya suatu area di nuklei difus pada talamus.
5. MACAM / POLA / TAHAPAN TIDUR
Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu garafik . Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua) pola/macam/tahapan tidur, yaitu :
a. Pola tidur biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat gambar).Tanda-tanda tidur NREM adalah :
1) Mimpi berkurang
2) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3) Tekanan darah turun
4) Kecepatan pernafasan turun
5) Metabolisme turun
5) Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
1) Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
2) Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.
3) Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
4) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
a. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola / tipe tidur ini, ditandai dengan :
1) Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
2) Mengigau atau bahkan mendengkur (Jw. : ngorok)
3) Otot-otot kendor (relaksasi total)
4) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
5) Perubahan tekanan darah
6) Gerakan otot tidak teratur
7) Gerakan mata cepat
Pembebasan steroid
9) Sekresi lambung meningkat
10) Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
Fungsi dan tujuan tidur
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya.Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi- fungsi seluler yang penting.
Secaraum um terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu:
1.Efek pada sistem saraf
Efek pada system saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
2.Efek pada struktur tubuh
Efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ¬organ tubuh
tersebut selama tidur.
F. Faktor yangmempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi.
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
10
G. Gangguan tidur yangum um terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a).Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.
b).Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c).Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya; membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya; mimpi buruk), dan lainnya (misalnya; bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.Gangguan ini disebut juga sebagai serangan tidur atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali
lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat- obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Kriteria pengkajian focus
1. Data subjektif
a). Kaji batasan karakteristik
1). Pola tidur (sekarang,masa lalu)
Rentangkan tidur pada skala 1-10 (10= dapat istirahat,
segar kembali)
Waktu tidur dan bangun yang biasanya
Kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, bangun.
2). Kebutuhan tidur
Untuk menentukan jumlah tidur yang dibutuhkan individu, biarkan ia tidur sampai pagi hari (tanpa alarm jam). Ini harus dilakukan untuk beberapa hari dan jumlah total jam tidur di kalkulasi-dengan dikurangi 20- 30 menit yang merupakan waktu yang paling dibutuhkan individu untuk tertidur pada umumnya.
3). Adanya riwayat gejala
Keluhan-keluhan
Kurang tidur
A n si etas
Depresi
Peka rangsang takut (mimpi buruk,, situasimaturasional)
y
Awitan dan durasi
y
Lokasi
y
Deskripsi
Dicetuskan oleh ?
Berkurang oleh ?
Diperberat oleh ?
b). Kaji faKtor-faktor yang berhubungan
1). Interupsi
Kebi s in gan
Jadwal perjalanan
Kebutuhan untuk berkemih
2). Penggunaaan alat bantu atau ritual tidur
Mandi air hangat
minum atau makan (susu, anggur)
Ban tal
Posisi
Mainan, buku obat-obatan
3). Tidur siang (frekuensi, lamanya)
2. Data objektif
Kaji batasan karakteristik
Karakteristik fisik
1).Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkaran mata, mata cekung)
2). Menguap
3). Mengantuk sepanjang hari
4). Penurunan lapang perhatian
5). Peka rangsang
B. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan.
Riwayat tidur inimeliputi:
1. Pola tidur yang biasa.
2.Ritual sebelum tidur.
3. Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
4. Lingkungan tidur.
5. Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui
pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,
14
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping
dengan masalah tersebut.
C. Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah
tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien.
Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
1. Jumlah jam tidur total per hari.
2. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
3.Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
4. Waktu
a). pergi tidur,
b). mencoba tidur,
c). tertidur,
d). terjaga di malam hari dan durasinya, serta
e). bangun tidur di pagi hari.
5. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
6.Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau
grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
E. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi.
Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus.Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.
F. Penetapan diagnosis
15
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur adalahgangguanpola tidur.Eitologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
Gangguanpola tidur
1. Definisi
Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau
mempunyai risiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.
2. Batasan karakteristik
a). Dewasa
1). Mayor (harus terdapat)
2). Kesulitan jatuh atau tertidur
3). Minor (mungkin terdapat)
4). Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari
5). Agitasi
6). Perubahan alam perasaan
7). Mengantuk sepanjang hari
b). Anak-anak
Gangguan tidur pada anak biasanya berhubungan dengan rasa takut,
enurasis, atau respon yang tidak konsisten dari orangtua terhadap permintaan
perubahan peraturan tidur seperti permintaan untuk lambat pergi tidur.
3. Faktor-faktor yang berhubungan
Banyak factor dalam kehidupan seseorang dapat menyebabkan gangguan
pola tidur. Beberapa factor adalah sebagai berikut :
a). Patofisiologis
Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap :
1). kerusakan transport oksigen
A n gin a
gangguan pernafasan
Arteriosklererosis perifer
gangguan sirkulasi
2). kerusakan eliminasi : defekasi atau berkemih
Diare
Retensi
Konstipasi
Disuria
Inkontinensia
Frekuensi
3). gangguan metabolisme)
Hipertiodisme
ulkul gastric
Gangguan hati
b).Tindakan yang berhubungan
Berhubungan dengan kesulitan menerima posisi yang biasa
sekunder terhadap (uraian):
Berhubungan dengan memerlukan waktu yang berlebihan sekunder
terhadap obat-obatan:
S edati v e
S o po r if i cs
Obat tidur
Inhibitor MAO
H i pn o tis
Barbiturate
A n ti depr esi
Kortikosteoid
A n tih i per tens i
am f etam in
c). Situasional (personal, lingkungan)
1). Berhubungan dengan hiperaktif yang berlebihan sekunder
terhadap :
17
Gangguan bipolar
Ansietas panic
Kelainan kurang-perhatian
2). Berhubungan dengan waktu tidur siang berlebihan
3). Berhubungan dengan depresi
4). Berhubungan dengan tidak adekuatnya aktifitas siang hari
5). Berhubungan dengan nyeri
6). Berhubungan dengan respons ansietas
7). Berhubungan dengan ketidaknyaman sekunder terhadap
kehamilan
8). Berhubungan dengan terganggunya gaya hidup
Pek er j aan
Emosi
Social
S ek su al
Pen dapatan
9). Berhubungan dengan perubahan lingkungan (uraikan)
hospitalisasi (kebisingan,takut,teman sekamar menggangu)
perjalan
10). Berhubungan dengan rasa takut
11). Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian
d). Maturasional
1). Pada anak-anak berhubungan dengan takut gelap
2). Pada wanita dewasa berhubungan dengan perubahan hormonal
G. Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.
1.Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
18
a). Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
b). Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (misalnya; sedatif,
hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
c).Depresi.
d). Nyeri.
e). Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
f). Perubahan lingkungan.
g). Perubahan ritme sirkadian
h). Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
a). Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
b). Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
a). Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat).
b). Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
1). Bising
Tutup pintu kamar.
Cabut kabel telepon.
Nyalakan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, music
yang tenang, suara hujan, angin).
Pasang lampu tidur.
Turunkan volume alarm dan TV.
2). Gangguan
Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (misalnya;
setelah makan).
19
Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
3). Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan
kaki, terapi fisik).
Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
Anjurkan klien untuk pagi hari
Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia
untuk tetap terjaga.
4). Bantu upaya tidur
Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang
tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi
semaksimal mungkin
Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (misalnya;
hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).
Gunakan alat bantu tidur (misalnya; air hangat untuk mandi, bahan
bacaan, pijatan di punggung, susu, music yang lembut, dll).
Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5
periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
5). Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan
istirahat (hari biasa, akhir pekan).
Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak
nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan
tidur.
Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari
tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat,
the, kopi) saat siang dan petang hari.
Hindari minuman yang beralkohol.
20
Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (misalnya;
susu, kacang) menjelang tidur.
6). Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki, lari, senam aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
7). Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada siang hari.
8). Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut.
5.Rasional
a). Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang
asing dapat menghambat relaksasi.
b). Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992; Thelan et al, 1998).
c). Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan berisiko menyebabkan ketergantungan.
d).Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi
dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
e). Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
(hammer, 1991).
f). Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa
laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999).
g). Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidurREM dan
meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
h). Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidurR EM dibandingkan tidur pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidurR EM (Thelan et al, 1998).
21
i). Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
j). Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt ditutupi dengan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, musik yang lembut, suara rekaman(hujan, ombak pantai )) (Miller, 1999).
k). Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal;
kemungkinan menyebabkan sulit tidur
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULANIstirahat merupakan suatu keadaan yang mana kegiatan jasmaniah
menurun berakibat badan menjadi segar, atau suatu keadaan yang mana seseorang merasa relaks mental bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik, sedangkan tidur merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan urutan siklus yang berulang masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda, atau juga tidur merupakan suatu keadaan yang berulang- ulang perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (potter dan perry, 2005 : 1470).
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting bagi seorang perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien.
B. SARANSemoga mahasiswa yang berprofesi sebagai perawat dapat mengaplikasikan
kebutuhan istirahat dan tidur pada klien.
23
DAFTARPUS T A KA
Perry dan potter, (2005),Fundamentals of Nursing (Konsep, Proses,dan Praktik), Jakarta:EG C
jurnal
Carpenito,Lynda juall, (1998), Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice), Jakarta: EGC
jurnal
Nanda, (2003),Diagnose Keperawatan,Jakarta:EG C jurna
Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep – konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :
A. Pengertian mobilisasi
B. Menjelaskan tujuan mobilisasi
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
D. Macam persendian diartrosis dan pergerakannya.
E. Tanda – tanda terjadinya intolerasi aktifitas
F. Masalah fisik akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)
G. Menjelaskan upaya pencegahan masalahyang timbul akibat kurangnya mobilisasi.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
A. Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
B. Tujuan dari mobilisasi antara lain :
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi obilisasi
1. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
D. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
E. Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
F. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinari
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
G. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1. Mempertahankan bady aligment
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi
2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral
3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.
8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
1. PENGERTIAN
Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 : 1645) mengemukakan 6 (enam) ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat.
Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka :
a. Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
Sedangkan pengertian tidur antara lain :
Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679)
2. TUJUAN TIDUR :
Secara jelas tujuan tidur tidak diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Selam tidur seseorang akan mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses dan menggunakan untuk masa depan.
3. TANDA TIDUR SECARA UMUM
Secara umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Secara detail tanda-tanda tidur ini akan dibahas pada macam / pola tidur.
4. PROSES FISIOLOGIS TIDUR
FISIOLOGI TIDUR
Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama.
Formasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada.
Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak lainnya.
Perangsangan pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Daerah-daerah tersebut adalah :
Nuklei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medula
Nukleus traktus solitarius, yang merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui syaraf-syaraf vagus dan glossofaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur.
Beberapa regio diensefalon, yaitu bagian rostral hipotalamus, terutama area suprakiasma dan adakalanya suatu area di nuklei difus pada talamus.
5. MACAM / POLA / TAHAPAN TIDUR
Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph), maka aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu garafik . Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan sekarang para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua) pola/macam/tahapan tidur, yaitu :
a. Pola tidur biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat). Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (lihat gambar).Tanda-tanda tidur NREM adalah :
1) Mimpi berkurang
2) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3) Tekanan darah turun
4) Kecepatan pernafasan turun
5) Metabolisme turun
5) Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
1) Tahap I
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
2) Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.
3) Tahap III
Pada tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
4) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.
a. Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata. Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur dimana otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola / tipe tidur ini, ditandai dengan :
1) Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
2) Mengigau atau bahkan mendengkur (Jw. : ngorok)
3) Otot-otot kendor (relaksasi total)
4) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
5) Perubahan tekanan darah
6) Gerakan otot tidak teratur
7) Gerakan mata cepat
Pembebasan steroid
9) Sekresi lambung meningkat
10) Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) ini berlangsung selama ± 20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
Fungsi dan tujuan tidur
Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya.Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsi- fungsi seluler yang penting.
Secaraum um terdapat dua efek fisiologis tidur, yaitu:
1.Efek pada sistem saraf
Efek pada system saraf yang dipeerkirakan dapat memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
2.Efek pada struktur tubuh
Efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ
dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunan aktivitas organ¬organ tubuh
tersebut selama tidur.
F. Faktor yangmempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, dan motivasi.
1. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.
Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3. Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar
bisa tidur pada waktu yang tepat.
5. Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6. Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
8. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari.
9. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
10. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
10
G. Gangguan tidur yangum um terjadi
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
a).Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.
b).Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c).Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (misalnya; membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya; mimpi buruk), dan lainnya (misalnya; bruksisme).
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.Gangguan ini disebut juga sebagai serangan tidur atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali
lainnya periode tidur REM. Alternatife pencegahannya adalah dengan obat- obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
5. Apnea saat tidur
Abnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodic pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
Pengkajian
Pengkajian tentang pola tidur klien meliputi riwayat tidur, catatan tidur,
pemeriksaan fisik, dan tinjauan pemeriksaan diagnostik.
Kriteria pengkajian focus
1. Data subjektif
a). Kaji batasan karakteristik
1). Pola tidur (sekarang,masa lalu)
Rentangkan tidur pada skala 1-10 (10= dapat istirahat,
segar kembali)
Waktu tidur dan bangun yang biasanya
Kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, bangun.
2). Kebutuhan tidur
Untuk menentukan jumlah tidur yang dibutuhkan individu, biarkan ia tidur sampai pagi hari (tanpa alarm jam). Ini harus dilakukan untuk beberapa hari dan jumlah total jam tidur di kalkulasi-dengan dikurangi 20- 30 menit yang merupakan waktu yang paling dibutuhkan individu untuk tertidur pada umumnya.
3). Adanya riwayat gejala
Keluhan-keluhan
Kurang tidur
A n si etas
Depresi
Peka rangsang takut (mimpi buruk,, situasimaturasional)
y
Awitan dan durasi
y
Lokasi
y
Deskripsi
Dicetuskan oleh ?
Berkurang oleh ?
Diperberat oleh ?
b). Kaji faKtor-faktor yang berhubungan
1). Interupsi
Kebi s in gan
Jadwal perjalanan
Kebutuhan untuk berkemih
2). Penggunaaan alat bantu atau ritual tidur
Mandi air hangat
minum atau makan (susu, anggur)
Ban tal
Posisi
Mainan, buku obat-obatan
3). Tidur siang (frekuensi, lamanya)
2. Data objektif
Kaji batasan karakteristik
Karakteristik fisik
1).Gambaran penampilan (pucat, gelap disekitar lingkaran mata, mata cekung)
2). Menguap
3). Mengantuk sepanjang hari
4). Penurunan lapang perhatian
5). Peka rangsang
B. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur secara umum dilakukan segera setelah klien memasuki faislitas perawatan. Ini memungkinkan perawat menggabungkan kebutuhan klien dan hal-hal yang ia sukai ke dalam rencana perawatan.
Riwayat tidur inimeliputi:
1. Pola tidur yang biasa.
2.Ritual sebelum tidur.
3. Penggunaan obatbtidur atau obat-obatan lainnya.
4. Lingkungan tidur.
5. Perubahan terkini pada pola tidur.
Selain itu, riwayat ini juga harus mencakup berbagai masalah yang ditemui
pada pola tidur, penyebabnya, kapan pertama kali masalah tersebut muncul,
14
frekuensinya, pengaruh terahdap keseharian klien,dan bagaimana klien berkoping
dengan masalah tersebut.
C. Catatan tidur
Catatan tidur sangatlah bermanfaat khusus untuk klien yang memiliki masalah
tidur sebab catatan ini berisi berbagai informasi penting terkait pola tidur klien.
Catatan tidur dapat mencakup keseluruhan atau sebagian dari informasi berikut:
1. Jumlah jam tidur total per hari.
2. Aktivitas yang dilakukan 2-3 jam sebelum tidur (jenis, durasi, dan waktu).
3.Ritual sebelum tidur (mis; minum air, obat tidur).
4. Waktu
a). pergi tidur,
b). mencoba tidur,
c). tertidur,
d). terjaga di malam hari dan durasinya, serta
e). bangun tidur di pagi hari.
5. Adanya masalah yang klien yakini dapat memengaruhi tidurnya.
6.Factor yang klien yakini member pengaruh positif atau negatif pada tidurnya.
Kemudian, perawat dapat mengembangkan data tersebut menjadi bagan atau
grafik yang berguna untuk mengidentifikasi masalah tidur yang klien alami.
D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energy klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dll. Sedangkan indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap, dll.Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energy.
E. Pemeriksaan diagnostic
Tidur dapat diukur secaran objektif dengan menggunakan alat yang disebut
polisomnografi.
Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus.Dengan alat ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien terjaga di malam hari.
F. Penetapan diagnosis
15
Menurut NANDA (2003), diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan untuk klien dengan masalah tidur adalahgangguanpola tidur.Eitologi untuk label diagnosis ini dapat bervariasi dan spesifik untuk masing-masing individu. Hal ini meliputi ketidaknyamanan fisik atau nyeri, ansietas, perubahan waktu tidur yang sering, serta perubahan lingkungan tidur atau ritual sebelum tidur.
Selain sebagai label diagnosis, gangguan pola tidur juga bisa menjadi etiologi untuk diagnosis yang lain, seperti Risiko Cedera, kelelahan, Ketidakefektifan Koping, Asietas, Intoleransi Aktivitas,dll.
Gangguanpola tidur
1. Definisi
Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau
mempunyai risiko mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.
2. Batasan karakteristik
a). Dewasa
1). Mayor (harus terdapat)
2). Kesulitan jatuh atau tertidur
3). Minor (mungkin terdapat)
4). Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari
5). Agitasi
6). Perubahan alam perasaan
7). Mengantuk sepanjang hari
b). Anak-anak
Gangguan tidur pada anak biasanya berhubungan dengan rasa takut,
enurasis, atau respon yang tidak konsisten dari orangtua terhadap permintaan
perubahan peraturan tidur seperti permintaan untuk lambat pergi tidur.
3. Faktor-faktor yang berhubungan
Banyak factor dalam kehidupan seseorang dapat menyebabkan gangguan
pola tidur. Beberapa factor adalah sebagai berikut :
a). Patofisiologis
Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap :
1). kerusakan transport oksigen
A n gin a
gangguan pernafasan
Arteriosklererosis perifer
gangguan sirkulasi
2). kerusakan eliminasi : defekasi atau berkemih
Diare
Retensi
Konstipasi
Disuria
Inkontinensia
Frekuensi
3). gangguan metabolisme)
Hipertiodisme
ulkul gastric
Gangguan hati
b).Tindakan yang berhubungan
Berhubungan dengan kesulitan menerima posisi yang biasa
sekunder terhadap (uraian):
Berhubungan dengan memerlukan waktu yang berlebihan sekunder
terhadap obat-obatan:
S edati v e
S o po r if i cs
Obat tidur
Inhibitor MAO
H i pn o tis
Barbiturate
A n ti depr esi
Kortikosteoid
A n tih i per tens i
am f etam in
c). Situasional (personal, lingkungan)
1). Berhubungan dengan hiperaktif yang berlebihan sekunder
terhadap :
17
Gangguan bipolar
Ansietas panic
Kelainan kurang-perhatian
2). Berhubungan dengan waktu tidur siang berlebihan
3). Berhubungan dengan depresi
4). Berhubungan dengan tidak adekuatnya aktifitas siang hari
5). Berhubungan dengan nyeri
6). Berhubungan dengan respons ansietas
7). Berhubungan dengan ketidaknyaman sekunder terhadap
kehamilan
8). Berhubungan dengan terganggunya gaya hidup
Pek er j aan
Emosi
Social
S ek su al
Pen dapatan
9). Berhubungan dengan perubahan lingkungan (uraikan)
hospitalisasi (kebisingan,takut,teman sekamar menggangu)
perjalan
10). Berhubungan dengan rasa takut
11). Berhubungan dengan perubahan irama sirkadian
d). Maturasional
1). Pada anak-anak berhubungan dengan takut gelap
2). Pada wanita dewasa berhubungan dengan perubahan hormonal
G. Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan tidur adalah untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan tujuan lainnya dapat terkait dengan upaya miningkatkan perasaan sejahtera klien atau meningkatkan kualitas tidurnya.
1.Gangguan pola tidur.
Yang berhubungan dengan:
18
a). Sering terjaga di malam hari, sekunder akibat (gangguan transport oksigen,
gangguan eliminasi, gangguan metabolisme).
b). Tidur berlebihan di siang hari, sekunder akibat medikasi (misalnya; sedatif,
hipnotik, antidepresan, amfetamin, barbiturate, dll).
c).Depresi.
d). Nyeri.
e). Aktivitas siang hari yang tidak adekuat.
f). Perubahan lingkungan.
g). Perubahan ritme sirkadian
h). Takut.
2. Kriteri hasil
Individu akan melaporkan keseimbangan yang optimal antara istirahat dan
aktivitas.
3. Indikator
a). Menjelaskan faktor yang mencegah atau menghambat tidur.
b). Mengidentifikasi teknik untuk memudahkan tidur
4. Intervensi umum
a). Identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (nyeri, takut, stress, ansietas, imobilitas, sering berkemih, lingkungan yang asing, temperature, aktivitas yang tidak adekuat).
b). Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungandan gangguan tidur.
1). Bising
Tutup pintu kamar.
Cabut kabel telepon.
Nyalakan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, music
yang tenang, suara hujan, angin).
Pasang lampu tidur.
Turunkan volume alarm dan TV.
2). Gangguan
Hindari prosedur yang tidak perlu selama periode tidur.
Batasi pengunjung selama periode istirahat yang optimal (misalnya;
setelah makan).
19
Apabila berkemih malam hari dapat mengganggu tidur, minta klien
untuk membatasi asupan cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
3). Tingkatkan aktivitas di siang hari, sesuai indikasi.
Buat jadwal program aktivitas untuk siang hari bersama klien (jalan
kaki, terapi fisik).
Jangan tidur siang lebih dari 90 menit
Anjurkan klien untuk pagi hari
Anjurkan orang lain untuk berkomunikasi dengan klien rangsang ia
untuk tetap terjaga.
4). Bantu upaya tidur
Kaji rutinitas tidur yang biasa dilakukan klien, keluarga atau orang
tua-jam, praktik hygiene, ritual (membaca, bermain)-dan patuhi
semaksimal mungkin
Anjurkan atau berikan perawatan pada petang hari (misalnya;
hygiene personal, linen dan baju tidur yang bersih).
Gunakan alat bantu tidur (misalnya; air hangat untuk mandi, bahan
bacaan, pijatan di punggung, susu, music yang lembut, dll).
Pastikan klien tidur tnpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5
periode, masing-masing 90 menit, setiap 24 jam.
Catat lamanya tidur tanpa gangguan untuk setiap sif
5). Ajarkan rutinitas tidur di rumah (Miller, 1999):
Pertahankan jadwal harian yang konsisten untuk bangun, tidur, dan
istirahat (hari biasa, akhir pekan).
Bangunlah di waktu yang biasa, bahkan jika tidur anda tidak
nyenyak, hindari berada di tempat tidur setelah terjaga.
Gunakan tempat tidur hanya untuk aktivitas yang terkait dengan
tidur.
Apabila anda terjaga dan tidak dapat tidur kembali, beranjaklah dari
tempat tidur dan membacalah di ruangan lain selama 30 menit.
Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein (coklat,
the, kopi) saat siang dan petang hari.
Hindari minuman yang beralkohol.
20
Upayakan mengonsumsi kudapan yang kaya L-triptofan (misalnya;
susu, kacang) menjelang tidur.
6). Jelaskan pentingnya olah raga secara teratur (jalan kaki, lari, senam aerobic dan latihan) fisik selama sedikitnya satu setengah jam tiga kali seminggu (jika tidak dikoordinasikan) untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur.
7). Jelaskan bahwa obat-obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama karena berisiko menyebabkan toleransi dan mengganggu fungsi pada siang hari.
8). Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab gangguan tidur/istirahat berikut cara-cara yang mungkin dilakukan untuk menghindari atau meminimalkan penyebab tersebut.
5.Rasional
a). Tidur akan sulit dilakukan tanpa relaksasi. Lingkungan rumah sakit yang
asing dapat menghambat relaksasi.
b). Agar merasa segar, individu biasanya harus menyelesaikan keseluruhan siklus tidur (70-100 menit) sebanyak 4 atau 5 kali semalam (Cohen & Meritt, 1992; Thelan et al, 1998).
c). Keefektifan obat-obatan sdatif dan hipnotik mulai berkurang setelah satu minggu penggunaan. Kondisi ini menuntut pemberian dosis yang tinggi dan berisiko menyebabkan ketergantungan.
d).Ritual/kebiasaan tidur yang biasa dilakukan dapat meningkatkan relaksasi
dan membantu tidur (Cohen & Meritt, 1992).
e). Susu hangat yang mengandung L-triptofan merupakan penginduksi tidur
(hammer, 1991).
f). Kafein dan nikotin adalah stimulan SSP yang dapat memperpanjang masa
laten dan meningkatkan frekuensi terjaga di malam hari (Miller, 1999).
g). Alkohol dapat menginduksi kantuk, tetapi menekan tidurREM dan
meningkatkan frekuensi terjaga (Miller, 1999).
h). Tidur saat dini hari menghasilkan lebih banyak tidurR EM dibandingkan tidur pada siang hari. Tidur siang lebih dari 90 menit mengurangi stimulus untuk siklus tidur yang lebih panjang, yang di dalamnya terdapat tidurR EM (Thelan et al, 1998).
21
i). Para peneliti menyebutkan, penghalang utama tidur pada klien yang menjalani perawatan kritis adalah aktivitas, kebisingan, nyeri, kondisi fisik, prosedur keperawatan, cahaya, dan hipotermia.
j). Kebisingan lingkungan yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dapt ditutupi dengan bunyi-bunyi yang lembut (misalnya; kipas angin, musik yang lembut, suara rekaman(hujan, ombak pantai )) (Miller, 1999).
k). Pola tidur yang tidak teratur dapat mengganggu irama sirkardian normal;
kemungkinan menyebabkan sulit tidur
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULANIstirahat merupakan suatu keadaan yang mana kegiatan jasmaniah
menurun berakibat badan menjadi segar, atau suatu keadaan yang mana seseorang merasa relaks mental bebas dari kecemasan dan tenang secara fisik, sedangkan tidur merupakan suatu keadaan relative tanpa sadar penuh ketenangan tanpa kegiatan merupakan urutan siklus yang berulang masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda, atau juga tidur merupakan suatu keadaan yang berulang- ulang perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu (potter dan perry, 2005 : 1470).
Pengidentifikasian dan penanganan gangguan pola tidur klien adalah tujuan penting bagi seorang perawat. Untuk membantu klien mendapatkan kebutuhan istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor yang mempengaruhi, dan kebiasaan tidur klien.
B. SARANSemoga mahasiswa yang berprofesi sebagai perawat dapat mengaplikasikan
kebutuhan istirahat dan tidur pada klien.
23
DAFTARPUS T A KA
Perry dan potter, (2005),Fundamentals of Nursing (Konsep, Proses,dan Praktik), Jakarta:EG C
jurnal
Carpenito,Lynda juall, (1998), Nursing Diagnosis (Application to Clinical Practice), Jakarta: EGC
jurnal
Nanda, (2003),Diagnose Keperawatan,Jakarta:EG C jurna
0 Response to "PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS"
Post a Comment